PKL RSJ CISARUA CIMAHI
Friday, November 2, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gangguan pernafasan sampai
saat ini masih merupakan salah satu faktor penyebab mortalitas dan morbiditas
yang tinggi pada masa neonatus. Hal ini disebabkan kompleksnya faktor etiologi
serta pada beberapa penyakit tertentu terdapat keterbatasan dalam
penatalaksanaan penderita. Pada gejala dispnea dan sianosis yang disertai
dengan meningkatnya frekuensi nafas (lebih dari 60x/ menit). Disamping itu pula
bayi memperlihatkan adanya retraksi otot pernapasan dan expiratory grunting.
Kelompok gejala ini sulit dibedakan dengan penyakit
lain pada masa neonatus. Beberapa kelainan cardiovaskuler, kelainan bawaan,
kelainan umum di luar saluran napas sering memperlihatkan gejala yang sama,
maka dalam menghadapi bayi perlu dipertimbangkan kemungkinan penyakit sindrom
membran hialin, aspirasi mekonium, pneumonia aspirasi dll. Penatalaksanaan
penderita gangguan pernapasan sangat tergantung dari penyebab gangguan tadi,
maka sebelum etiologi diketahui secara pasti, tindakan pertama yang harus dilakukan
adalah mengusahakan agar fungsi pernafasan dapat berlangsung dengan optimal.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang Asuhan
Keperawatan pada bayi dengan gangguan sistem pernafasan “IRDS” (Idiopatic
Respiratory Distress Syndrome)
2.
Tujuan Khusus
·
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti faktor
predisposisi yang dapat mengakibatkan IRDS.
·
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti cara
pengkajian pada bayi dengan IRDS
·
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti
masalah-masalah yang terjadi pada IRDS dan tindakan pertama yang harus
dilakukan.
C.
Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunakan study pustaka yang diambil dari
beberapa sumber.
D.
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini :
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan
Teoritis IRDS
Bab III Asuhan
Keperawatan pada Bayi dengan IRDS
Bab IV Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
SINDROMA GAWAT NAFAS PADA NEONATUS (IRDS)
A.
Definisi
Sekumpulan gejala yang
terdiri dari dispnea dengan frekwensi
pernafasan lebih sari 60 x/menit, sianosis, expitratori grunting dan retraksi
didaerah epigastrium, interkostal pd saat inspirasi. (Ilmu Kesehatan Anak)
B.
Tanda Dan Gejala
1.
Dispnoe (frekwensi nafas >60 x/menit)
2.
Sianosis
3.
Retraksi didaerah epigastrium, supra sterna,
interkostal psda saat insfirasi
4.
Pada expirasi bayi merintih(grunting )
Kelompok gejala ini sulit di bedakandengan penyakit pada saat
neonatus. Beberapa kelainan cardiovaskuler, kelainan bawaan, kelainan umum
dilluarsaluran nafas, sering memperlihatkan gejala yang sama, karena kurang
spesifiknya gejala tersebut maka dalam menghadapi bayi yang mengalami gagal
nafas perlu diperhatikan dignosa deferensialnya yaitu :
1.
Penyakit membran hialin
2.
Aspirasi mekonium
3.
Syndrom Wilson Mikity
4.
Displasia broncho pulmonar
5.
Perdarahan paru
6.
Pneumothoraks
7.
Empisema interstitial paru
8.
Hernia diafragma
C.
Diagnosa Deferensial
Penyakit mrmbran hialin (PMH) atau idiopatik respiratori
distres syndrom (IRDS).
a)
Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti adapun
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan IRDS :
1. Prematusitas
2. Riwayat
afasia pada waktu lahir
b)
Patofisiologi (terlampir)
c)
Manifestasi klinis
Ø
Dispnoe
Ø
Sianosis
Ø
Retraksi di daerah epigastrium, supra sternal,
interkostal pada saat aspirasi
Ø
Pada ekspirasi bayi merintih
Tanda mulai gagguan mulai tampakdalam 6-8 jam pertama
setelah lahir dan gejala karakteristik mulai terlihat pada umur 24-72 jam. Bila
keadaan membaik, gejala akan menghilang pada minggu pertama
d)
Pemeriksaan diagnostik
v
Laboratorium
F
Kadar asam laktat meningkat
F
Defisit basa meningkat
F
PO2 meningkat
F
PH darh menurun
F
Bilirubin meningkat
v
Foto Rontgen
Gambaran klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru adalah bercak
diskus berupa infiltrat retikulo granuler.
v
Pemeriksaan Fungsi Paru
F
Compliance paru menurun
F
Ventilasi dan perfusi paru terganggu
F
Tidal volume menurun
e)
Penatalaksanaan
1.
Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi
harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36.5-37o C)
dengan cara meletakan bayi dalam inkubator.
2.
Pemberian O2
Pemberian oksigen harus hati-hati, karena berpengaruh komplek terhadap
bayi prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan
komplikasi fibrosis paru, untuk mencegah komplikasi sebaiknya diikuti dengan
pemeriksaan AGD.
3.
Pemberian Cairan Dan Elektrolit
Hal ini dilakukan untuk mempertahankan homeostatis dan menghindarkan
dehidrasi. Pada permulaan diberikan Glokusa 5-10 % dengan jimlah yang
disesuaikan dengan umur BB ialah 60-125 ml/kg/BB/hari. Berikan Na Hco3
secara inta vena untuk koreksi Asidosis metabolik.
4.
Pemberian Antibiotik
Bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotik umtuk mencegah infeksi
sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kg/BB/hari
atauAmpisilisn 100 mg/kg/BB/hari dengan atau tanpa gentamisin 3-5
mg/kg/BB/hari.
5.
Pemberian Surfaktan Eksogen/Surfaktan dari luar
PATOFISIOLOGI
PREMATURITAS
Regulasi
suhu tak efektif
↓
Hipotermi
Sistem
imun immatur
↓
Resti infeksi
Gangguan
pertukaran gas : ventilasi
↓
Hipoksemia
↓
Oksigenasi
jaringan ↓
↓
Metabolisme
an aerob
↓
Penimbunan
asam laktat
↓
Asidosis
metabolik
↓
Gangg. Keseimbangan asam basa
|
Defisiensi
surfaktan
↓
Stabilitas
paru terganggu
↓
Kolaps
alveoli
Kerusakan
endotel kapiler dan epitel ductus alveolus
↓
Transudasi
↓
Terbentuk
fibrin
↓
Fibrin
dengan jaringan epitel nekrotik membentuk lapisan membran hialin pada paru
|
Refleks
menelan belum sempurna
↓
Intake
kurang
↓
Gangg. Pemenuhan keb. Nutrisi < dari keb. Tubuh
Compliance
paru ↓
↓
Kerja
nafas ↑
↓
Dispnoe
↓
Inefektif pola nafas
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN IRDS
A.
Pengkajian
1.
Anamnesa
·
Identitas/biodata Bayi
Nama :
Umur bayi/tgl/jam lahir :
Jenis kelamin :
Apgar skore :
0-3
BB :
1000-2000 gram
TB :
·
Identitas Orang tua
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat Rumah :
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat Ibu
1)
Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ibu ditemukan bahwa usia kehamilan
atau masa gestasi 30-36 minggu.
2)
Riwayat persalinan
Adanya partus lama, ketuban pecah dini, perdarahan pada
waktu persalinan, kelahiran kembar.
b.
Riwayat Bayi
Pada bayi mungkin didapatkan adanya Apgar-Score rendah
dan bayi lahir prematur/BBLR.
3.
Pemeriksaan Fisik
a.
Cardiovaskuler
Nadi lemah atau bradikardi dan bayi terlihat sianosis.
b.
Respiratory
Frekuensi nafas cepat > 60 kali/menit dan pada
inspirasi terlihat adanya retraksi otot pernafasan dan terdapat dispnoe.
c.
Aktivitas
Bayi tampak lemah dan gelisah
d.
Menangis
Bayi tampak merintih pada waktu ekspirasi.
e.
Warna kulit
Warna kulit terlihat kebiruan atau sianosis.
f.
Refleks
Refleks menelan dan menghisap belum sempurna.
Tanda-tanda vital :
1.
Nadi =
Bradikardia
2.
RR = cepat
3.
Suhu =
hipotermi
ANALISA
DATA
NO
|
SIMPTOM
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
1
2
3
4
5
|
DP : -Pernafasan >60x/mnt
-Dipsnoe
-Pada inspirasi terlihat adanya retraksi otot pernafasan.
DS : -
DO : -Hipoksemia
DS : -
DO : -Bayi malas menghisap/ tidak mau menyusu.
-Prematur
DS : -
DO : -hipotermi
-Suhu <35 sup="sup">035>
|
DS : -
DO : -Prematuritas
-BB rendah
DS : -
Kolaps
alveoli
↓
Compliance
paru ↓
↓
Kerja
napas ↑
↓
Dispnoe
Hipoksemia
↓
Oksigenasi
jaringan ↓
↓
Metabolisme
an aerob
↓
Penimbunan
asam laktat
Prematuritas
↓
Refleks
menelan belum sempurna
↓
Intake
<
Prematuritas
↓
Pusat
regulator suhu belum sempurna
↓
Hipotermi
Prematuritas
↓
Sistem
imun yang immatur
↓
Resiko
terjadi infeksi
Pola
napas inefektif
Gangguan keseimbangan asam basa
: Asidosis metabolik
Gangg.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Hipotermi
↓
Resiko
terjadi infeksi
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
1.
Inefektif pola napas b/d dispnoe
2.
Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik
b/d hipoksemia
3.
Gangguan termoregulasi : hipotermi b/d regulasi suhu
inefektif akibat prematuritas.
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d refleks menelan belum sempurna
5.
Resiko terhadap infeksi b/d sistem imun yang immatur.
C.
Perencanaan Keperawatan
DP 1. Inefektif pola napas b/d dispnoe
Kriteria hasil : menunjukkan pola napas kembali efektif
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Observasi pola napas, catat frekuensi pernafasan,
kedalaman dan kemudahan napas.
-
Observasi warna kulit, membran mukosa, catat adanya
sianosis perifer.
-
Catat adanya derajat dispneu, distres pernafasan.
-
Tinggikan kepala bayi dan ubah posisinya yang nyaman
dengan kepala lebih tinggi.
-
Awasi perubahan pada sensorium, agitasi, kacau
mental, stupor.
-
Kolaborasi untuk pemberian O2 (2 lt/menit)
-
Rawat bayi dalam inkubator dengan suhu optimum dan
tidak dipakaikan baju.
|
-
Dispneu dan terjadinya peningkatan kerja napas adalah
kompensasi tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen.
-
Sianosis kuku biasanya menunjukkkan adanya
vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil.
-
Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung
pada tahap proses kronis/akutnya penyakit.
-
Perubahan posisi dapat meningkatkan pengisian udara
segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
-
Fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan
oksigen.
-
Dapat membantu mengurangi akibat yang ditimbulkan dan
memenuhi O2 yang diperlukan oleh tubuh.
-
Agar memudahkan pengamatan (gerakan dada/perut bayi)
|
DP 2. Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik b/d hipoksemia
Kriteria hasil : Menunjukkan tidak adanya gangguan
keseimbangan asam basa.
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan.
-
Awasi tanda-tanda vital.
-
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.
Kolaborasi
:
-
Awasi gambaran AGD
-
Bantu dengan alat bantu ventilator.
-
Berikan NaHCO3
|
-
Manifestasi distress pernafasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan
status kesehatan umum.
-
Bradikardi dan perubahan pada terjadi dengan beratnya
asidosis.
-
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia,
mengatur pernafasan pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin
dikeluarkan dengan peningkatan PO2 berlebihan.
-
Mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan terapi.
-
Meningkatkan ekspansi paru dan membuka jalan napas
untuk memperbaiki ventilasi.
-
Menyeimbangkan/menurunkan kadar asidosis metabolik.
|
DP 3. Gangguan
termoregulasi : hipotermi b/d regulasi suhu inefektif akibat prematuritas.
Kriteria hasil : suhu dalam batas normal (36,5-370C)
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Observasi tanda-tanda vital secara periodik.
-
Rawat bayi dalam inkubator dengan suhu yang optimum.
-
Berikan pakaian hangat dan selimut pada bayi.
|
-
Perubahan tanda-tanda vital dapat menunjukkan keadaan
umum bayi.
-
Dapat mencegah bayi hipotermi.
-
Membantu dalam menghangatkan tubuh bayi.
|
DP 4. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d refleks menelan belum sempurna
Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi adekuat.
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Obsrvasi dan catat adanya masukan dan pengeluaran.
-
Obervasi dan timbang BB secara periodik.
Kolaborasi
:
-
Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit.
-
Kolaborasi untuk pemberian minum per NGT/sonde.
|
-
Mengawasi masukan nutrisi yang berguna dalam mengukur
keefektifan nutrisi dan dukungan cairan dan membantu menentukan derajat
kemampuan refleks menelan.
-
Mengetahui/mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
dalam pemberian therapi.
-
Perlu untuk mempertahankan hemostatis dan
menghindarkan dehidrasi.
-
Perlu untuk mempertahankan homeostatis dan
menghindarkan dehidrasi.
|
DP 5. Resiko
terhadap infeksi b/d sistem imun yang immatur.
Kriteria hasil : infeksi tidak terjadi
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Pantau terhadap tanda-tanda infeksi. Mis. Kesulitan
makan, ketidakstabilan suhu.
-
Berikan perawatan tali pusat secara septik dan
antiseptik.
-
Pertahakan kesterilan alat-alat yang digunakan.
-
Pertahankan kestabilan lingkungan (mis. Mendesinfeksi
inkubator setiap 1 mg)
-
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik (mis.
Penisilin/ gentamisin)
|
-
Mengenal tanda-tanda infeksi secara dini memudahkan
dalam menyusun intervensi yang efektif.
-
Tali pusat merupakan port d’entry
-
Dapat mengurangi jumlah sumber infeksi.
-
Dapat mengurangi jumlah sumber infeksi.
-
Membantu dalam mencegah infeksi sekunder.
|
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Sindroma
Gawat Nafas Pada Neonatus (IRDS/Idiopatic Respiratory Distress Syndrome) adalah
Sekumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
dengan frekwensi pernafasan lebih sari 60 x/menit, sianosis, expitratori
grunting dan retraksi didaerah epigastrium, interkostal pd saat inspirasi.
Tanda dan gejala
: dispnoe (frekwensi nafas >60 x/menit), sianosis, retraksi didaerah
epigastrium, supra sterna, interkostal psda saat insfirasi dan pada expirasi
bayi merintih (grunting ).
Kelompok
gejala ini sulit di bedakandengan penyakit pada saat neonatus. beberapa
kelainan cardiovaskuler, kelainan bawaan, kelainan umum dilluarsaluran nafas,
sering memperlihatkan gejala yang sama, karena kurang spesifiknya gejala
tersebut maka dalam menghadapi bayi yang mengalami gagal nafas perlu
diperhatikan dignosa deferensialnya yaitu :
penyakit membran hialin, aspirasi mekonium, syndrom wilson mikity,
displasia broncho pulmonar, perdarahan paru, pneumothoraks, empisema
interstitial paru dan hernia diafragma.
DAFTAR PUSTAKA
1.
FKUI, Ilmu
Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3, Jakarta, 1985.
2.
A.H. Markum, Ilmu
Kesehatan Anak, Jilid I, Jakarta, 1996.
3.
William & John, Kedaruratan
pada Anak, Jakarta, 1993.
4.
Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta, 2001.
5.
Ngastiyah, Perawatan
Anak Sakit, Jakarta, 1996.
Subscribe to:
Posts (Atom)